Metamorphosys

Gimmick Doang Tapi Nancep! Strategi Branding Ala Gen Z yang Lagi Ngehype

Gen Z kini menjadi kelompok konsumen paling berpengaruh dalam lanskap digital. Mereka menguasai percakapan budaya pop, membentuk tren internet, dan menjadi pendorong utama viralitas konten di media sosial. Tidak heran jika semakin banyak brand, baik besar maupun UMKM, mulai menyesuaikan gaya komunikasi mereka agar terasa relevan dengan generasi ini.

Salah satu pendekatan yang paling efektif adalah branding berbasis gimmick ala Gen Z, sebuah strategi yang memanfaatkan humor, meme, spontanitas, dan gaya komunikasi internet untuk menciptakan engagement yang natural dan shareable.

Artikel ini merangkum insight dari berbagai pembahasan mengenai pemasaran Gen Z. mulai dari penggunaan meme sebagai bahasa komunikasi bisnis, budaya “hype”, hingga bagaimana gimmick marketing dapat meningkatkan relevansi dan awareness brand.

Gen Z dan Perubahan Gaya Komunikasi Brand

Gen Z tumbuh bersama internet. Mereka tidak hanya terbiasa dengan arus informasi cepat, tetapi juga menciptakan standar baru dalam cara berkomunikasi. Bagi mereka, humor, kejujuran, dan kreativitas adalah “mata uang sosial.”

Mereka bukan tipe yang merespons iklan kaku dengan poster formal atau slogan tradisional. Mereka mencari konten yang terasa “manusiawi,” santai, dan relatable. Meme, inside jokes, dan trend TikTok menjadi cara mereka terhubung satu sama lain dan kini, cara mereka terhubung dengan brand.

Inilah alasan mengapa branding gimmick ala Gen Z semakin populer: ia menyederhanakan jarak antara brand dan audiens, membuat komunikasi lebih cair, spontan, dan terasa natural.

Branding Meme dan Humor: Bahasa Baru Generasi Digital

Salah satu elemen terkuat dari gimmick marketing ala Gen Z adalah penggunaan humor dan meme.

Mengapa Meme Efektif untuk Branding?

  1. Cepat Dipahami, meme hanya butuh beberapa detik untuk tersampaikan.
  2. Mudah Dibagikan, sifatnya shareable, sehingga distribusinya bisa organik.
  3. Relatable, Gen Z sangat responsif pada humor ringan, self-aware, dan satir.
  4. Tidak Terasa “Iklan”,  konten humor dianggap lebih tulus dan apa adanya.

Banyak bisnis kecil memanfaatkan meme sebagai cara untuk membangun kedekatan dengan audiens. Mereka membuat bahasa visual yang sesuai dengan kultur internet, bukan sekadar template yang tampak generik.

Namun, humor tersebut hanya berhasil jika autentik dan relevan. Jika dipaksa, audiens Gen Z akan langsung merasa brand sedang berusaha keras untuk “ikut-ikutan.”

Gimmick Marketing Ala Gen Z: Lebih dari Sekadar Viral

Gimmick marketing bukan hal baru. Tapi apa yang membedakan gimmick ala Gen Z adalah caranya memadukan kreativitas, spontanitas, dan kesadaran budaya.

Ciri khas gimmick ala Gen Z meliputi:

a. “Kejutan” yang Terencana

Mulai dari diskon yang cuma berlaku selama 5 menit, packaging unik, atau campaign yang sengaja absurd untuk menarik perhatian. Gimmick kecil seperti ini sering kali menciptakan rasa penasaran.

b. Storytelling yang Self-Aware

Gen Z suka brand yang jujur dan apa adanya. Iklan yang dengan santai berkata “ya, ini cuma iklan” justru terasa lebih autentik.

c. Interaktivitas sebagai Inti Aktivitas

Konten yang mengundang partisipasi, challenge TikTok, Q&A interaktif, atau permainan sederhana di Instagram membantu menciptakan komunitas, bukan sekadar views.

d. Gaya Visual dan Verbal yang Santai

Copywriting penuh humor, visual retro-anime, atau video lo-fi spontan, semuanya terasa dekat dengan estetika Gen Z.

Gimmick semacam ini mampu menghasilkan hype cepat yang sering kali sulit dicapai lewat metode pemasaran tradisional.

Kapan Gimmick Efektif? Kapan Justru Berbahaya?

Walaupun menawarkan peluang besar, gimmick ala Gen Z juga memiliki risiko jika tidak diarahkan dengan benar.

Gimmick efektif jika:

  • Sesuai dengan nilai dan karakter brand.
  • Relevan dengan minat dan humor audiens.
  • Didukung strategi komunikasi yang konsisten.
  • Bukan sekadar sensasi, tetapi menyampaikan pesan brand dengan cara kreatif.

Namun gimmick bisa gagal jika:

  • Terlalu memaksakan humor yang tidak sesuai brand.
  • Menyinggung kelompok tertentu.
  • Tidak dipahami audiens di luar Gen Z.
  • Tidak disertai identitas brand yang jelas, sehingga tidak meninggalkan kesan jangka panjang.

Gen Z sangat peka terhadap keaslian. Jika gimmick terasa seperti trik murahan, mereka akan cepat beralih dan reputasi brand bisa terdampak.

Overhype di Kalangan Gen Z: Kenapa Banyak Brand Ikut Tren Tanpa Arah?

Menurut banyak pengamat digital, salah satu fenomena yang sering muncul dalam pemasaran Gen Z adalah kecenderungan brand untuk mengejar hype secara berlebihan.

Banyak bisnis hanya mengikuti tren TikTok atau meme viral tanpa memahami apakah itu relevan dengan brand mereka. Akibatnya:

  • Konten viral tidak menghasilkan penjualan.
  • Brand tampak tidak konsisten.
  • Audiens bingung mengenai identitas atau nilai perusahaan.

Ini menunjukkan bahwa gimmick tanpa strategi hanyalah kebisingan kosong. Yang viral tidak selalu berdampak. Yang lucu tidak selalu mengkonversi.

Gen Z bisa menyukai konten Anda, tertawa, berinteraksi tetapi itu tidak selalu berarti mereka merasa terhubung dengan brand Anda.

Untuk itu, gimmick hanyalah pengait. Yang membuat audiens bertahan adalah kejelasan brand, arah komunikasi, dan konsistensi pengalaman.

Bagaimana Brand Bisa Menggunakan Gimmick dengan Benar?

Berikut pendekatan praktis agar branding gimmick ala Gen Z menjadi efektif dan berkelanjutan:

1. Kenali kultur Gen Z secara mendalam

Cari tahu tren, topik yang mereka pedulikan, humor yang mereka sukai, dan platform yang mereka gunakan.

2. Tetapkan identitas dan nilai brand sejak awal

Dengan identitas kuat, gimmick apa pun tetap terasa “punya brand,” bukan sekadar ikut-ikutan.

3. Gunakan gimmick sebagai alat, bukan strategi utama

Gimmick bekerja paling baik sebagai pemicu perhatian, bukan fondasi komunikasi jangka panjang.

4. Uji coba cepat menggunakan konten pendek

Format seperti Reels, TikTok, dan meme memungkinkan eksperimen tanpa risiko besar.

5. Bangun komunitas, bukan sekadar viralitas

Gen Z sangat menghargai brand yang menciptakan ruang interaktif, bukan hanya menjual produk.

6. Evaluasi dampak berdasarkan engagement berkualitas

Fokus pada komentar bermakna, durasi tontonan, dan percakapan, bukan sekadar likes atau views.

Dengan pendekatan ini, gimmick marketing akan memperkuat brand, bukan sekadar menciptakan sensasi sementara.

Contoh Gimmick Ala Gen Z yang Efektif (Global & Lokal)

Beberapa contoh tren yang sering sukses di kalangan Gen Z:

a. Penggunaan Format “Chat Screenshot”

Brand meniru gaya chat palsu untuk menyampaikan pesan lucu atau relatable.

b. Packaging yang Bisa Dijadikan Meme

Kemasan kopi dengan label jenaka, snack dengan desain absurd, atau tagline satir.

c. Konsep “Random But Funny”

Iklan yang sengaja absurd sehingga menjadi pembicaraan, misalnya iklan cuci tangan oleh brand snack, atau promosi yang tidak masuk akal (“Diskon 7% khusus yang namanya Fajar”).

d. Challenge TikTok Bikin Produk Viral

Mulai dari minuman boba hingga makanan pedas, challenge mampu mendorong FOMO dan percobaan produk.

e. Kolaborasi yang Tidak Terduga

Brand makanan kolab dengan musisi indie, clothing lokal kolab dengan ilustrator meme, dll.

Tren-tren ini menunjukkan bahwa Gen Z merespons brand yang berani, spontan, dan kreatif, selama tetap relevan dan tidak menghilangkan jati diri brand.

Kesimpulan: Gimmick Ala Gen Z Bukan Sekadar Hiburan Tetapi Strategi Budaya

Branding gimmick ala Gen Z efektif karena selaras dengan cara mereka hidup dan berkomunikasi. Bagi Gen Z, humor, spontanitas, dan keaslian adalah bentuk bahasa budaya. Brand yang memahami ini dapat membangun koneksi lebih dalam, menciptakan komunitas, dan meningkatkan awareness secara organik.

Namun satu hal penting perlu diingat: gimmick tidak akan berarti tanpa identitas brand yang kuat. Viralitas mengundang perhatian, tetapi identitaslah yang mempertahankan loyalitas.

Brand yang ingin relevan tidak boleh hanya mengejar tren, tetapi harus membangun pengalaman dan karakter yang konsisten.

Jika Anda ingin brand Anda tidak hanya viral sesaat, tetapi membangun koneksi jangka panjang dengan Gen Z, Metamorphosys siap membantu. Sebagai creative agency berbasis di Tangerang, Metamorphosys menggabungkan strategi branding, kreativitas visual, dan pemahaman kultur digital modern untuk menciptakan identitas yang kuat, konsisten, dan relevan.

Mulai dari penyusunan brand identity, pengembangan visual, social media direction yang memadukan gimmick Gen Z secara strategis, Metamorphosys mendampingi Anda untuk tampil menonjol, berbeda, dan berkarakter.

Ingin berdiskusi atau butuh insight lebih lanjut tentang bagaimana gimmick marketing bisa bekerja untuk brand Anda?
Metamorphosys siap membantu Anda berkembang dengan strategi yang tepat dan identitas yang lebih kuat.

 

Penulis: Talitha Azalia Nurlete

Sumber: https://geti.id/branding-di-era-meme-cara-gen-z-bangun-bisnis-dari-humor/


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

three × four =