Tone of Voice: Ngga Keliatan, Tapi Penting.
Di tengah derasnya laju konten yang muncul setiap detik, sebuah brand dituntut untuk tidak hanya “terlihat”, tetapi juga “terdengar”. Banyak brand fokus pada logo, warna, atau visual aesthetic yang indah. Namun, ada satu elemen yang sering luput dari perhatian padahal punya peran besar dalam membentuk persepsi audiens: Tone of Voice (ToV).
Tone of Voice adalah cara sebuah brand berbicara. Ia menentukan bagaimana sebuah pesan disampaikan, bagaimana brand terdengar di telinga audiens, dan bagaimana brand dilihat dari sisi karakter maupun kepribadian. Di era ketika brand harus berinteraksi melalui berbagai platform dari caption Instagram, voice-over TikTok, copy di website, sampai chat customer service Tone of Voice bukan lagi pilihan. Ia sudah menjadi kebutuhan strategis.
Artikel ini akan membahas secara mendalam kenapa Tone of Voice sangat penting untuk brand, bagaimana menentukan ToV yang tepat, kesalahan-kesalahan umum yang perlu dihindari, serta langkah-langkah untuk menjaganya agar konsisten.
Apa Itu Tone of Voice?
Secara sederhana, Tone of Voice adalah gaya berbicara brand. Ia bukan soal apa yang dikatakan, tetapi lebih pada bagaimana cara mengatakannya.
Elemen-elemen Tone of Voice meliputi:
- Choice of words, pemilihan kata yang brand anggap mencerminkan dirinya.
- Style, apakah gaya bahasa formal, santai, lucu, tegas, atau elegan.
- Emotional flavor, kesan emosional yang ingin disampaikan: hangat, ceria, profesional, playful, dan sebagainya.
- Persona, karakter manusia yang menjadi perwujudan sang brand.
Untuk memberi gambaran:
- Tokopedia: ramah, ringan, ceria
- NET TV: witty, smart, playful
- Mandiri: profesional dan formal
- Scarlett: friendly, approachable, ringan untuk segala usia
Tone of Voice membuat brand terasa hidup. Tanpa ToV, komunikasi brand terasa kering dan generik siapa pun bisa menulisnya.
Kenapa Tone of Voice Penting Untuk Brand?
1. Menciptakan Konsistensi Antar Konten
Audiens mungkin tidak menyadarinya secara eksplisit, tetapi mereka bisa “merasakan” ketika sebuah brand terdengar tidak konsisten. Caption IG hari ini terdengar humoris, besok tiba-tiba formal. Video TikTok berbicara seolah brand sangat santai, tetapi copy website sangat kaku.
Ketidakkonsistenan ini membuat brand kehilangan identitas.
Tone of Voice adalah kompas. Ia memastikan bahwa siapapun yang membuat konten content writer, social media admin, bahkan customer service tetap berbicara dalam satu suara.
2. Membangun Hubungan Emosional
Brand yang punya suara khas akan terasa lebih dekat dengan audiens. Seperti ketika kita mengenal seseorang dari gaya bicaranya, audiens juga mengenali brand lewat pilihan kata.
Contoh sederhana:
- Orang sering menyebut minuman manis dengan istilah “boba” karena brand-brand minuman mengulang kata tersebut dengan gaya yang konsisten dan playful.
- E-commerce seperti Shopee atau Tokopedia menggunakan gaya bahasa yang ceria dan ringan untuk membangun rasa “teman belanja” bagi penggunanya.
Tone membuat brand bisa hadir sebagai teman, mentor, expert, atau bahkan karakter unik yang mudah diingat.
3. Membedakan Brand dari Kompetitor
Di kategori kompetitif seperti skincare, F&B, atau fashion, visual bisa dengan mudah ditiru. Tapi suara brand? Jauh lebih sulit.
Dua brand bisa memiliki warna yang mirip, feed yang serupa, dan jenis produk yang sama, tetapi cara berbicaralah yang membuat audiens mengingatnya.
Tone of Voice adalah cara brand menemukan “posisi” dan “jiwa” di tengah pasar yang padat.
4. Meningkatkan Kepercayaan
Audiens mempercayai brand yang konsisten. Konsistensi bahasa menciptakan citra profesional, stabil, dan dapat diandalkan.
Bayangkan brand medis atau legal yang tone-nya terlalu santai: kepercayaan langsung turun. Sebaliknya, brand hiburan yang terlalu kaku juga terasa tidak relevan.
Tone membantu menyesuaikan ekspektasi dan menjaga kredibilitas.
5. Mengarahkan Cara Tim Membuat Konten
Tanpa guideline ToV, proses pembuatan konten mudah sekali menjadi subjektif bergantung siapa penulisnya. Hari ini admin A membuatnya playful, besok admin B membuatnya formal. Tone of Voice adalah pedoman bersama. Ia mempercepat kerja tim, memotong proses revisi, dan memastikan semua konten relevan dan stabil.
Jenis-Jenis Tone of Voice yang Umum Dipakai Brand
Berikut beberapa tone yang sering dipilih brand, beserta contoh kalimat:
1. Friendly
Cocok untuk brand lifestyle, skincare, F&B, atau retail.
- “Yuk, cobain varian baru kita hari ini!”
2. Professional / Formal
Dipakai oleh perbankan, pendidikan, legal, atau kesehatan.
- “Layanan ini tersedia setiap hari kerja pukul 09.00–17.00.”
3. Playful
Dipakai brand minuman kekinian, fashion anak muda, entertainment, atau startup tech.
- “Udah minum boba hari ini? Kalau belum, yuk kita obati rasa penasarannya!”
4. Inspirational
Brand olahraga, kesehatan, atau premium sering menggunakan ini.
- “Mulai hari ini, jadikan setiap langkah berarti.”
5. Assertive / Confident
Untuk brand premium, luxury, atau teknologi.
- “Kami menghadirkan performa terbaik tanpa kompromi.”
6. Witty & Smart
Dipakai media digital atau brand kreatif.
- “Deadline datang lebih cepat dari mantan tapi tenang, kami siap bantu!”
7. Empathetic
Dipakai bantuan sosial, brand wellness, atau customer service.
- “Kami mengerti situasi Anda. Mari cari solusi terbaik bersama.”
Menggunakan jenis tone yang tepat memberikan kejelasan pada karakter brand.
Cara Menentukan Tone of Voice Brand
1. Kenali Audiens
Siapa mereka? Di usia berapa? Apa pain point mereka? Seberapa santai mereka berbicara?
Brand anak muda tentu tidak bisa memakai tone yang sama seperti brand B2B profesional.
2. Tentukan Personality Brand
Jika brand adalah manusia, ia seperti apa?
- Apakah ia “teman yang baik”, “kakak keren”, “expert berpengalaman”, atau “karakter unik yang suka bercanda”?
Latihan persona ini membantu memutuskan gaya bahasa yang cocok.
3. Pahami Platform Utama
Setiap platform punya karakter:
- TikTok → cepat, ringan, spontan
- Instagram → estetis, informatif
- LinkedIn → profesional
- Website → jelas, formal, informatif
- Customer service → empatik, solutif
Tone bisa disesuaikan konteks asal tetap dalam satu karakter utama.
4. Pelajari Kompetitor
Jangan membuat tone yang sama dengan 10 brand lainnya di kategori yang sama. Temukan celah.
Misalnya: Semua brand kopi kekinian santai → kamu bisa jadi brand kopi yang witty dan cerdas. Semua brand skincare lembut → kamu bisa menjadi brand skincare yang playful namun edukatif.
5. Buat Guideline Tertulis
Tone of Voice perlu terdokumentasi agar semua orang bisa mengikutinya.
Isi guideline sebaiknya meliputi:
- persona brand
- gaya bahasa
- daftar kata-kata yang dianjurkan (words to use)
- kata-kata yang dihindari (words not to use)
- contoh caption sesuai tone
- do & don’t untuk setiap platform
Dokumen ini sangat membantu terutama jika brand bekerja dengan banyak tim kreatif atau agency.
Kesalahan Umum Brand dalam Tone of Voice
1. Tone berubah-ubah tergantung siapa adminnya
Inkonsistensi adalah pembunuh karakter brand.
2. Meniru brand lain
Banyak brand F&B “meniru” Gojek atau Netflix karena tone mereka lucu. Tapi jika tidak autentik, justru terasa memaksakan.
3. Melupakan audiens
Tidak semua audiens suka gaya bahasa kekinian. Tidak semua audiens suka humor.
Tidak semua audiens nyaman dengan istilah gaul Tone harus berpihak pada audiens.
4. Tidak menyesuaikan kategori produk
Brand kecantikan premium tidak bisa terlalu sok lucu. Brand hiburan tidak bisa terlalu formal.
5. Tone CS vs Social Media tidak selaras
Social media playful, CS tiba-tiba super formal akan terasa janggal.
6. Tidak punya guideline tertulis
Ini adalah akar dari semua kekacauan.
Contoh Kasus: Tone yang Salah vs Tone yang Tepat
Case 1: Skincare Premium
❌ “Cus cobain varian baru dong!”
✔️ “Rasakan pengalaman perawatan kulit premium dengan formula terbaru kami.”
Case 2: Minuman Kekinian
❌ “Hadir untuk kebutuhan hidrasi Anda.”
✔️ “Haus? Sini, kita segarin bareng!”
Case 3: Edukasi Anak
❌ “Jangan lupa belajar tiap hari ya!”
✔️ “Yuk, belajar sebentar tiap hari biar makin pintar!”
Perbedaan kecil dalam tone bisa mengubah persepsi brand secara besar.
Tips Menjaga Konsistensi Tone of Voice
- Gunakan content guideline internal.
- Buat “kamus brand” (kata yang boleh dan tidak boleh dipakai).
- Buat contoh caption untuk setiap tipe konten.
- Sediakan template jawaban CS.
- Review konten mingguan bersama tim brand & kreatif.
- Evaluasi tone secara berkala, cek apakah masih sesuai dengan perkembangan audiens.
Tone of Voice Adalah Suara Jiwa Brand
Di tengah kompetisi digital yang makin padat, Tone of Voice bukan hanya “nice to have”. Ia adalah identitas. Ia adalah jembatan emosional antara brand dan audiens. Ia yang membentuk kesan pertama, menjaga hubungan, dan membangun kepercayaan.
Brand yang punya suara kuat akan terus diingat, bahkan ketika visualnya tidak terlihat.
Jika brand Anda ingin terlihat lebih kuat, konsisten, dan relevan di dunia digital, Metamorphosys siap membantu. Kami membantu brand menyusun:
- Penentuan tone of voice berdasarkan persona dan audiens
- Brand voice guideline lengkap untuk semua platform
- Strategi komunikasi & storytelling yang relevan dengan karakter brand
- Konten kreatif yang konsisten dengan suara brand
Dengan pendekatan strategis dan kreatif, Metamorphosys membantu brand membangun identitas yang bukan hanya terlihat menarik tetapi juga terdengar kuat dan autentik.
Penulis: Hanif Salsabil Kusumaditya
0 Comments