Metamorphosys

Jika makna dalam sebuah karya fotografi dapat menjelaskan seribu kata, maka identitas visual pada suatu merek dapat menjelaskan sejuta kata. Identitas visual adalah cara terbaik bagi setiap merek dalam berkomunikasi, menjelaskan citranya baik secara langsung maupun tidak langsung, menginspirasi, menjadikan merek tersebut dilihat, menimbulkan rasa penasaran pada audiens, hingga menjadi bagian dari suatu kelompok tertentu. Perannya adalah untuk mendapatkan loyalitas dan mempengaruhi setiap keputusan atau pilihan audiens.

95% setiap keputusan yang terjadi dalam pembelian dilakukan tanpa adanya tekanan, baik sadar maupun tidak, dan audiens memilih suatu merek berdasarkan apa yang ditampilkan, dirasakan, dan didengar. Studi menunjukkan bahwa audiens:

  1. Dapat memproses suatu gambar dalam waktu 13 milidetik.
  2. Tampilan visual pada laman web dapat membentuk opini audiens dalam waktu 50 milidetik.
  3. Palet warna dapat menjadi salah satu alasan dari setiap keputusan yang dilakukan.

Dalam tulisan ini, Kami akan menunjukkan beberapa contoh atau studi kasus mengenai kepribadian setiap merek, bagaimana merek tersebut mampu menjangkau audiens secara efektif, bagaimana warna dan tipografi menjadi hal yang perlu dipertimbangkan, serta bagaimana merek Anda dapat menggunakan elemen ini dalam menyampaikan misi, visi, dan nilai dari suatu merek.

Baca Juga : Hirarki Visual: Kunci untuk Menarik Perhatian Audiens

Apa itu Identitas Visual?

Identitas visual adalah istilah umum yang mencakup elemen visual dari suatu merek, mulai dari palet warna, tipografi, fotografi, hingga tata letak. Secara kesatuan, elemen tersebut mampu menjadi kekuatan setiap merek dalam mengkomunikasikan kepribadiannya dengan cara yang baik, benar, dan filosofis. Identitas visual yang kuat, memungkinkan setiap merek untuk menyampaikan pesan secara efektif hingga mempengaruhi perasaan audiens ketika memandang merek tersebut.

Dalam urusan pemasaran, identitas visual berperan sebagai elemen kunci suatu merek dalam memperkenalkan dirinya. Menunjukkan betapa eksis dan menariknya mereka dihadapan audiens, betapa dekat hubungannya antara merek dan audiens, betapa sesuainya palet warna ataupun warna suara dan betapa menginspirasinya suatu merek tersebut. Jika hal tersebut terpenuhi semua, bukan tidak mungkin jika audiens dapat merasakan kenyamanan, kesesuaian, menjawab kebutuhan, hingga jatuh hati.

Jatuh hati adalah jalinan hubungan tertinggi dalam hubungan antara merek dengan audiens, bagaimana merek tersebut secara efektif dan berhasil menyampaikan visinya, sedangkan bagi audiens, kualitas adalah hal yang sulit dicari dimanapun dan oleh siapapun. Gambaran tersebut perlu dijaga dan terus dijalankan melalui ekosistem media. Ekosistem media merupakan wadah bagi setiap merek untuk memperkenalkan eksistensinya. Misalnya, kehadiran merek pada media sosial, menulis beberapa artikel blog, membuat video, menyampaikan data melalui infografis, dan sebagainya. Secara kolektif, sikap tersebut dapat meningkatkan nilai pada merek.

Mengapa Identitas Visual Penting?

Layaknya manusia, kepribadian merek perlu diperkenalkan dan dipahami, sedangkan identitas visual adalah cara atau bentuk yang menyerupai wajah, tubuh, karakter, gaya bahasa, usia, hingga bagaimana dan dimana merek tersebut tinggal. Oleh sebab itu, identitas visual perlu dijalankan secara terarah dan konsisten. Mungkin cenderung akan sangat senang jika mengenal kepribadian seseorang yang jelas, misalnya apakah dia wanita ataukah pria, usia remaja ataukah dewasa, introversi atau ekstroversi, dan sebagainya. Jika hal tersebut terjadi secara inkonsistensi atau berubah-ubah, dikhawatirkan merek akan sulit menyampaikan visi dan misinya. Alih-alih dikenal, justru memunculkan ketidakpastian dan tanda tanya bagi audiens.

Identitas visual yang dieksekusi secara konsisten akan mendukung merek tetap sehat, Berikut merupakan tiga cara utamanya:

  • Dalam Penyampaian Visi, Misi, & Nilai

Terus berkomunikasi menggunakan identitas visual yang telah dimiliki oleh merek. Seperti berjalan, berbicara, dan berpakaian. Jadikan hal tersebut sebagai kekuatan dan kepercayaan diri setiap merek.

  • Beresonansi dengan Audiens

Menjelaskan secara detail mengenai ‘siapakah Anda’, ‘berapa usianya?’, ‘dimanakah tempat tinggalnya?’, ‘memiliki hobi?’, dan sebagainya.

  • Cerminan Relevansi Budaya

Visual adalah produk dengan konteks sosiokultural dan sejarah; sebagai cara merek untuk berkontribusi pada konteks budaya para audiens.

Bukan hanya menunjukkan sisi konsistensi dalam menggunakan gambar, warna, font, dan elemen visual lainnya melainkan untuk memastikan bahwa elemen-elemen tersebut akurat sebagai cerminan kepribadian dan nilai suatu merek. Sehingga elemen visual tersebut dapat saling mendukung di berbagai media. Jika pengunjung laman web dapat dengan cepat menentukan siapakah Anda bahkan sebelum mereka membaca sepatah kata pun, maka pimpinan perusahaan perlu memberikan apresiasi terhadap departemen visual.

Kapan Merek Membutuhkan Analisis Identitas Visual?

Ada beberapa situasi yang memerlukan analisis tersebut, beberapa kasus ini dapat dilihat berdasarkan:

  1. Merek sedang melakukan rebranding
  2. Meluncurkan laman web baru
  3. Menjalankan sebuah kampanye pada media sosial
  4. Mencoba jenis atau format baru seperti infografis atau video
  5. Menciptakan konsistensi merek setelah merger

Apakah merek sedang melakukan perubahan pada panduan atau graphic standard manual? Atau sedang memulai perjalanan baru yakni hendak menciptakan sebuah logo? Semua hal itu merupakan alasan-alasan yang perlu diperhitungkan pada analisis identitas visual. Namun perlu diingat bahwa panduan merek adalah hal yang perlu dijaga. Pada sisi yang lain, perputaran tren juga perlu diperhatikan. Bagaimana merek dapat mengikuti tren tetapi tetap mempertahankan panduan mereknya. 

Bagian ini adalah penguraian elemen identitas visual yang mungkin menjadi alasan merek untuk meninjau ulang, merenungkan rencana bisnis, menyatakan visi dan misi, hingga analisis ekosistem media. Perlu dilihat secara hati-hati, sehingga dapat dijalankan dengan bijaksana dan efektif.

Palet Warna

Warna adalah elemen dasar yang cenderung diingat oleh audiens. Jika digunakan secara efektif, warna dapat menjadi ciri khas bahkan perwakilan dari suatu merek. Misalnya saja, ketika memikirkan Coca Cola, secara tidak langsung benak audiens akan mengarah ke warna merah. Dan ketika memikirkan pesaingnya yang berwarna biru, mungkin Pepsi adalah yang pertama. Dua merek besar tersebut merupakan yang berani menampilkan warna solid, disaat beberapa lainnya memilih tampilan yang lebih kompleks.

Kekuatan warna dapat membangkitkan emosi, karena warna memiliki efek langsung pada bagaimana audiens memproses sesuatu dan bagaimana mereka bereaksi saat melihatnya. Merek yang ingin tampil berani, kuat, dan bersemangat mungkin memilih warna merah. Sedangkan warna kuning adalah warna yang dapat membuat merek dapat menyampaikan sisi hangat dan optimisme.

Pemaknaan dalam warna hampir seluruhnya bergantung pada konteks sosial dan sejarah. Misalnya, cinta diasosiasikan dengan warna merah dalam budaya Amerika, hijau dalam budaya Hindu, dan kuning dalam budaya penduduk asli Amerika. Seperti halnya norma budaya yang terus berevolusi, konotasi warna pun demikian. Bahkan dalam budaya yang sama sekalipun, warna dapat memiliki konotasi yang beragam—dan kadang saling bertentangan. 

Terhadap konteks tertentu, warna juga akan memiliki konotasi yang berbeda. Jika warna merah menyala ketika sedang berada dipersimpangan, maka warna merah memberikan makna berhenti. Namun jika dilihat secara kontras merah dapat mewakili kegembiraan. Studi HubSpot menemukan bahwa ketika digunakan pada sebuah tombol ajakan untuk bertindak atau sebagai warna pada tombol yang perlu ditekan oleh audiens, warna merah mengungguli hijau sebesar 21%. Hal tersebut didasari oleh tingkat kontras dengan warna yang ada disekitarnya. Begitu juga ketika berkunjung ke laman web, warna merah jauh lebih menarik dibandingkan warna lain bahkan hijau sekalipun.

Tipografi

Sama halnya dengan warna, setiap karakter yang ditunjukkan dari sebuah jenis huruf, tentu saja dapat memberikan maknanya masing-masing. Jenis huruf memiliki kepribadian tersendiri. Mereka bisa saja menunjukkan pesan lucu, serius, bahkan aneh. 

Pada tahun 2012, Errol Morris melakukan studi tidak resmi Bersama The New York Times, untuk mengukuran seberapa valid sebuah informasi ketika disajikan dengan jenis huruf yang berbeda. Ketika itu, Morris menggunakan jenis Helvetica, Trebuchet, Comic Sans, Baskerville, Computer Modern, dan Georgia. Dan hasilnya menunjukkan bahwa jenis serif dapat menunjukkan kesan historis, serius, dan kepasntian. Sedangkan Comic Sans, tidak. 

Spasial dan Tata Letak

Baik spasial maupun tata letak, keduanya adalah bagian terpenting selain elemen lain dalam identitas visual dalam membangun estetika. Satu studi menemukan bahwa saat pertama kali melihat situs web dari suatu merek, 94% tidak mempercayai merek tersebut akibat memiliki tampilan tata letak yang bermasalah. Selain itu juga, audiens akan merasakan bosan dan bingung. 

Teori Gestalt adalah yang terpopuler dalam urusan spasial dan tata letak. Pastikan merek untuk mempertimbangkan setiap prinsip yang ada. Karena pada dasarnya audiens perlu dihadirkan oleh sesuatu hal yang dapat dipercaya ketika hal tersebut berada di tengah-tengah keramaian.

Nah itu dia penjelasan mengenai esensi identitas visual, bagaimana peran setiap elemen identitas visual tersebut mempengrahui merek untuk dapat menjadi pilihan audiens, bagimana audiens dapat mengenal merek, meskipun hanya dari warna, tipografi, ataupun tata letak.

Konsisten dan koheren merupakan dua hal penting bagi setiap brand, sehingga mereka mampu dikenal dan dipercaya. Di sini Metamorphosys hadir dan dipercayai oleh brand selama lebih dari 11 tahun, untuk menjawab kebutuhan pada bidang creative & digital agency, seperti graphic, logo brand, website, hingga social media. Hubungi kami untuk membantu meningkatkan merek bisnis Anda.

 




0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

18 − 2 =