Pada tahun 2017-2018, sans-serif menjadi tren bagi perusahaan yang hendak melakukan rebranding, baik dari logo ataupun atribut desain lainnya. Salah satu contoh ada pada industri mode dunia, yang di mana beberapa perusahaan berani untuk keluar dari bentuk-bentuk yang menjukkan keunikan perusahaan tersebut menjadi lebih sederhana dan modern. Begitu juga dengan perusahaan teknologi seperti Facebook, Google, dan sebagainya.
Sejarah Sans-serif
Sans-serif membentuk prinsip sederhana dengan tingkat keterbacaan yang baik. Sejak tahun 1816, sans-serif menjadi salah satu jenis huruf yang membantu perusahaan dalam beriklan. Baik dalam media cetak maupun digital. Dalam skala besar ataupun kecil.
Meskipun terdapat beberapa pro dan kontra, namun alasan kuat dalam perjalanan sans serif adalah sebagai solusi untuk mengkomunikasikan nilai-nilai modernitas, kesederhanaan, keterbacaan, hingga menjelaskan bagaimana logo dapat berdiri sendiri tanpa terikat dengan bidang/jasa atau industri suatu brand berada.
Kesederhanaan adalah solusi sederhana tapi juga efektif. Kenapa? Karena bentuk sederhana dapat membantu memenuhi syarat menghasilkan desain ikonik. Kesederhanaan membantu desain menjadi fleksibel, membantu desain tersebut untuk digunakan di berbagai media seperti kartu nama, papan reklame, bahkan favicon pada website. Selain itu juga, desain akan lebih mudah dikenali, abadi, dan tak lekang oleh waktu. Salah satu contoh perusahaan besar seperti FedEx, BBC, dan sebagainya. Mereka mudah untuk dikenali karena hal tersebut. Pertimbangkan bagaimana pikiran manusia bekerja, dan bagaimana hal tersebut jauh lebih mudah untuk diingat, seperti senyum pada lukisan Mona Lisa daripada pakaiannya, bagaimana tangannya ditempatkan, warna matanya, dan sebagainya.
Perbedaan Sans-serif dengan Serif
Sans-serif atau huruf tanpa tanpa kait (dalam Bahasa Prancis kata sans berarti tanpa, sedangkan serif adalah bagian yang berbentuk kait) adalah jenis huruf yang tidak memiliki kait pada anatomi ujung strokes. Sedangkan serif adalah kebalikannya yakni jenis huruf yang memiliki kait. Kelebihan sans-serif yakni memiliki tingkat legibility dan keterbacaan yang cukup tinggi dibandingkan dengan huruf berkait atau serif, terutama Ketika digunakan sebagai teks pada penggunaan digital dan tampilan di layar komputer.
Klasifikasi Sans-serif
Berdasarkan bentuk rupa huruf, sans-serif dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
- Grotesque; Contoh: Helvetica, Arial, dan Akzidens Grotesk
- Geometris; Contoh: Futura
- Humanis; Contoh: Gills Sans, FF Meta dan Optima
Baca juga: 7 Jenis Huruf Grunge Terbaik Tahun 2022
Helvetica vs. Arial
Sebagian besar pasti pernah mendengar tentang tipografi Arial dan Helvetica, atau bahkan menggunakan satu dari keduanya sebagai pilihan untuk mengetik teks, merancang desain, dan sebagainya. Sekilas mungkin akan sulit untuk membedakan keduanya, tetapi jika ditelisik kembali, keduanya merupakan dua huruf yang berbeda. Perbedaan utama antara Arial dan Helvetica dapat dengan mudah dilihat pada karakter pembeda seperti gambar di atas. Ada bagian sudut yang terpotong baik secara vertikal atau horizontal. Garis Arial sedikit miring, bagian bawah huruf G memiliki tambahan sedangkan Arial tidak.
Sejarah Helvetica
Dirancang pada tahun 1957 oleh desainer tipografi Swiss Max Miedinger untuk Haas Type Foundry di Swiss. Tujuannya adalah untuk menciptakan jenis huruf sans-serif yang netral dan dapat dibaca dalam bentuk aplikasi yang luas sekaligus menjadi tandingkan dari Akzidens Grotesk. Helvetica atau dinamakan dengan Neue Haas Grotesk. Ketika Haas menjadi bagian dari grup perusahaan Linotype, namanya diubah menjadi Helvetica (adaptasi dari ‘Helvetia’, nama Latin untuk Swiss). Linotype menambahkan bobot lebih dan gencar mempromosikan satu set huruf tersebut sehingga menjadi salah satu tipografi yang paling terkenal dan banyak digunakan di dunia.
Kisah Arial
Pada waktu yang hampir bersamaan dengan Adobe mengembangkan PostScript, perusahaan Monotype memenangkan kontrak untuk menyediakan font untuk printer laser-xerographic besar pertama bagi IBM. Sekitar tahun 1982, Arial dirancang oleh Robin Nicholas dan Patricia Saunders. Beberapa tahun kemudian, Arial dilisensikan ke Microsoft dan kemudian dipasok sebagai tipografi bawaan milik Windows. Meskipun menjadi pesaing Helvetica seperti halnya Helvetica dengan Akzidens Grotesk. Tetapi tujuan Arial bukanlah untuk menyalin desain Helvetica. Meskipun begitu Arial adalah versi yang lebih bulat daripada Helvetica, dengan kurva yang lebih lembut, tebal, dan lebih halus ketika dilihat dalam resolusi rendah. Sedangkan Helvetica menunjukkan versi yang lebih tajam, bergaya, dan sedikit lebih persegi. Ciri-ciri tersebut dapat dilihat pada bagian kaki huruf R, dan bagian diagonal pada angka 2.
Baik Helvetica ataupun Arial, keduanya merupakan jenis huruf yang paling popular. Meskipun Arial berkali-kali lebiih popular karena ada lisensi dari Windows (ada lebih dari satu miliar komputer Windows!) tetapi Helvetica masih menjadi pilihan bagi desainer grafis.
Apa itu desain minimal?
Beberapa pendapat mengatakan bahwa desain yang ditampilkan secara minimal merupakan cara untuk menghilangkan segalanya. Seperti menampilkan ruang kosong atau membiarkan latar putih dengan teks berwarna hitam saja. Namun apakah persepsi tersebut dibenarkan? Semua hal ini bisa saja benar tetapi bisa juga salah. Yang pasti, tampilan minimal merupakan sebuah filosofi untuk menciptakan sesuatu yang di mana setiap elemen menjelaskan maknanya. Sederhana, bersih, dan manis. Jadi, semua yang ditampilkan pasti bertujuan dan fungsional. Tampilan minimal adalah cara termudah untuk dikenal oleh audiens. Elemen seperti warna dan tipografi dapat digunakan sebagai penekanan, dengan palet yang tipis yang mungkin hanya mencakup satu rona. Detail dan ruang adalah hal yang mengatur estetika.
1. Maksimal Ruang Kosong
Memaksimalkan banyak ruang kosong dapat membantu menciptakan titik focus visual dalam desain.
2. Gunakan Grid
Grid dapat membantu untuk menghasilkan tampilan sesederhana mungkin. Menjaga informasi dan elemen untuk tetap teratur, sehingga setiap elemen yang ada dapat dikelompokkan sesuai dengan porsinya,
3. Flat
Merupakan objektif dari proyek untuk meminimalkan tampilan desain. Skema desain flat dapat membantu menemukan konsep minimal secara alami.
4. Konsistensi
Meskipun beberapa halaman akan dipenuhi oleh tulisan atau gambar, pastikan untuk selalu menjadikan ruang kosong sebagai ornamen.
5. Jaga Keseimbangan tanpa Harus Simetri
Tidak setiap tampilan desain minimal harus dirancang secara simetri. Ruang kosong dapat menciptakan keseimbngan antara elemen satu dengan lain secara kontras.
6. Minimalkan Pemilihan Warna
Bahkan dalam beberapa kondisi, warna yang tebal dapat menjadi pilihan yang tepat. Karena hitam dan putih bukanlah satu-satunya pilihan dalam menciptakan tampilan minimal.
7. Gunakan Jenis Huruf yang Mudah Dibaca
Pilih jenis huruf yang dapat dengan mudah dibaca secara normal ataupun cepat. Gunakan ukuran yang tidak terlalu besar ataupun kecil.
8. Pertimbangkan Setiap Elemen
Jika suatu elemen tidak berkontribusi atau memiliki tujuan pasti kenapa mereka ada, lebih baik urungkan penggunaan elemen tersebut. Less is more!
Hal yang Perlu Diperhatikan!
Kembali kepada topik pembahasan utama yakni efektivitas dalam menentukan tampilan, meskipun beberapa perusahaan mode dunia, teknologi, beberapa bisnis dari industri lain berkomitmen untuk menghilangkan bagian elemen yang unik, dan justru membuatnya terlihat sama satu sama lain, ada alasan yang kuat dibalik cerita yang ingin disampaikan yakni berkelanjutan. Menjadikan merek sebagai konsep utama dalam memperkenalkan citra.
Tidak ada hal yang salah untuk berkeinginan memiliki identitas yang sederhana, terlihat lebih baik, dan siap untuk diterapkan dalam mobile. Tetapi ada hal yang perlu Anda perhatikan yakni mempertahankan fitur pembeda. Jika tidak Anda mungkin akan berakhir dalam situasi di mana Anda dapat menempelkan logo apapun pada produk apa saja dan hampir membuat audiens tidak melihat keunikannya. Seperti Nike yang tidak mengubah logo swoosh menjadi hanya kata Nike dengan sans-serif.
Konsisten dan koheren merupakan dua hal penting bagi setiap brand, sehingga mereka mampu dikenal dan dipercaya. Di sini Metamorphosys hadir dan dipercayai oleh brand selama lebih dari 11 tahun, untuk menjawab kebutuhan pada bidang creative & digital agency, seperti graphic, logo brand, website, hingga social media.
1 Comment
Personal Branding dalam Berbisnis - Metamorphosys · August 26, 2022 at 3:05 pm
[…] Baca Juga: Invasi Sans-serif, Terlihat Sama tetapi Efektif […]